TEMPO.CO, Jakarta - Krisis batu bara untuk pembangkit listrik kembali berulang. Pemerintah rupanya belum menyelesaikan persoalan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik, seperti yang terjadi pada awal 2022. Pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pun menipis sehingga ada ancaman berhentinya aliran listrik di berbagai wilayah.
PLN menyebut pasokan batu bara untuk PLTU di bawah batas aman 20 hari operasi (HOP). Stok batu bara di sejumlah pembangkit listrik menipis, antara lain di PLTU Pacitan (2 x 315 megawatt) dan PLTU Tanjung Awar-Awar (2 x 350 megawatt) di Jawa Timur serta PLTU Indramayu (2 x 1000 megawatt) di Jawa Barat. PLN kekurangan pasokan batu bara karena tidak ada produsen yang mau menandatangani kontrak baru maupun memperpanjang perjanjian pasokan. Ini ironis karena produksi batu bara diperkirakan naik, dari 614 juta ton tahun lalu menjadi 663 juta ton tahun ini.
Keengganan produsen terjadi setelah harga batu bara di pasar internasional melejit US$ 350-400 per ton. Angka ini jauh di atas harga beli batu bara untuk PLTU yang ditetapkan pemerintah US$ 70. Dengan ketimpangan harga ini, produsen memilih mengekspor batu bara ketimbang menjualnya ke PLN atau operator PLTU lain. Banyak produsen tak menaati ketentuan wajib pasok domestik atau domestic market obligation (DMO), yang menetapkan alokasi 25 persen produksi untuk kebutuhan dalam negeri seperti PLTU.
Apa yang akan dilakukan pemerintah? Alih-alih menegakkan hukum dan mengikuti hukum pasar paling dasar, pemerintah berencana mendirikan badan layanan umum (BLU). Seperti Badan Pelaksana Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), BLU batu bara akan menarik pungutan dari eksportir batu bara. Duitnya akan dipakai menutup selisih antara harga pasar dengan harga jual DMO.
BPDPKS adalah moral hazard tak terkira, seperti pernah ditulis majalah Tempo. Pemerintah malah akan menirunya untuk batu bara. Sejauh mana solusi ini efektif? Sebab tak hanya urusan listrik, krisis batu bara juga akan mengganggu bisnis yang masih memakai energi fosil ini sebagai sumber energi.
Mengapa tak segera saja beralih ke energi terbarukan? Batu bara jelas penyumbang emisi terbesar, mengancam lingkungan, dan membuat Indonesia berpotensi gagal memenuhi target mitigasi iklim. Solusi-solusi sementara hanya akan membuat krisis energi akan terulang di kemudian hari.
Selamat membaca.
Fery Firmansyah
Redaktur Utama
Timpang Pasokan di Ladang Batu Bara
Bagaimana sebenarnya manajemen batu bara kita? Mengapa pasokan batu bara PLN terus tergerus?
Pengaman Stok di Semua Lini
Bisakah BLU batu bara menyelesaikan krisis energi ini? Mengapa tak segera beralih ke energi terbarukan jika batu bara selalu bikin ruwet dan ribet?
OPINI
Jangan Ada Dusta Pasokan Batu Bara
BLU batu bara jelas bukan solusi jangka panjang menyelesaikan krisis energi. Pemerintah perlu mencari jalan lain.