NASIONAL
17 Agustus 2022
Warisan Ali Sadikin untuk Indonesia
Merdeka!
Selamat merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-77. Di sela lomba balap karung, makan kerupuk, panjat pinang, Anda bisa membaca edisi khusus kemerdekaan Tempo yang mengangkat cerita menarik tentang Ali Sadikin. Gubernur Jakarta 1966-1977 ini sangat populer karena membangun Jakarta dari kota yang rudin menjadi mencorong dengan kepemimpinan yang kuat.
Jakarta yang dulu ia bangun kini akan jadi kota yang ditinggalkan karena ibu kota akan pindah ke Kalimantan Timur. Pusat pemerintahan dan ekonomi akan dipindahkan ke sana, jika kita merujuk pada Undang-Undang Ibu Kota Negara. Kegagalan para Gubernur Jakarta setelahnya membuat Ibu Kota Jakarta menjadi kacau dan ruwet.
Sejak Juni lalu, redaksi Tempo membentuk sebuah tim untuk menengok kembali biografi Ali Sadikin. Tak mudah membuat kisah tokoh yang populer. Bahan-bahannya terserak di banyak buku dan penerbitan. Tapi pelacakan dengan menemui para narasumber—keluarga, sahabat, masyarakat, wartawan, mereka yang pernah bersinggungan—tetap saja menyimpan Mutiara dan faset-faset menarik yang belum terungkap dari sosok Ali Sadikin yang legendaris.
Ali Sadikin paham Jakarta menyimpan problem lingkungan di masa depan. Posisinya yang lebih rendah dari laut, menjadi muara 13 sungai, kota yang akan dibangun menjadi metropolitan. Karena itu ia segera menjaganya dengan menetapkan ruang terbuka hijau seluas 37,5 persen dari luas wilayah Jakarta yang 66 ribu hektare, agar air tak jadi banjir, agar polusi tak merusak kesehatan.
Ali hendak membangun Jakarta dengan sabuk hijau, yaitu wilayah dengan pepohonan yang berfungsi menyerap air. Ia juga mempersolek kampung-kampung kumuh yang ditempati mayoritas warga Jakarta dengan harapan mengikis kesenjangan sosial antara yang kaya dan miskin. Ali pun mendirikan tempat hiburan rakyat dan sarana berkumpul para seniman, seperti Taman Ismail Marzuki.
Tapi ia tak punya uang. Jakarta baru selesai huru-hara politik 1965. Maka ia menengok judi dan hiburan malam. Ia legalkan dua hal yang menopang denyut sebuah kota lalu memungut pajak untuk jadi modal pembangunan. Tak semua senang. Ali dihujat karena dianggap amoral. Ali jalan terus. Bagi dia, prostitusi dan perjudian adalah aktivitas purba manusia. Akan ada di mana saja. Ia memilih mengaturnya agar memberikan manfaat ketimbang melarangnya sehingga jadi aktivitas ilegal yang justru membutuhkan biaya untuk penegakan hukum.
Kita perlu menengok kembali Ali hari ini. Ia seorang pemimpin yang komplet, yang kontroversial. Ali seorang yang tegas tapi tidak antikritik, ia mengayomi dan berpihak pada orang kecil tapi tak bisa menghindar dari menggusur untuk membangun Jakarta. Ali seorang pemimpin yang percaya pada demokrasi dan kemanusiaan. Ia gubernur Jakarta yang melampaui zaman. Selamat membaca.
Stefanus Pramono
Redaktur Pelaksana
-----
Komando Ali Merombak Jakarta
Kenapa harus Ali Sadikin? Ia gubernur yang melampaui zaman, menjadi anomali di tengah para pejabat Orde Baru.
Nakhoda Koppig Ibu Kota
Ali dipilih langsung oleh presiden Sukarno sebagai Gubernur Jakarta. Karena dia kepala batu.
Marinir Bergaya Hollywood
Menjadi marinir, Ali berperang di sejumlah palagan. Ia disebut kerap bertempur seperti Rambo.
Pecut Kuda di Badan Putra
Ali Sadikin mendidik anak-anaknya dengan keras. Ia ogah anak-anaknya menjadi tentara.
Dibangun Ali Dirusak Pengganti
Tata kota Jakarta pada zaman Ali ditetapkan untuk mencegah banjir. Tak diteruskan penggantinya.
Bersolek Kampung Melawan Gedung
Ali menata ratusan kampung kumuh di Jakarta. Tak mau melihat kesenjangan sosial yang tinggi.
Tuan Maksiat dan Helikopter Ulama
Ali Sadikin berhadapan dengan para ulama karena menggunakan pajak judi untuk membangun Jakarta. Mengakui judi haram hukumnya.
Kampanye Kondom Antimacet
Ali Sadikin gencar mengampanyekan program Keluarga Berencana. Programnya diikuti oleh Soeharto dengan mendirikan BKKBN.
Merombak Pesisir ‘Jin Buang Anak’
Mewujudkan mimpi Bung Karno, Ali Sadikin membangun wisata pantai Ancol. Ia juga menata pesisir Jakarta.
Ali di Pusaran Proyek Taman Mini
Ali Sadikin mendukung proyek Taman Mini Indonesia Indah. Dianggap membela istri Soeharto.
Poros Budaya Cikini 73
Ali Sadikin membangun Taman Ismail Marzuki untuk pengembangan seni dan budaya. Digunakan oleh seniman dunia.
Dewan Penjaga Kualitas Seni
Ali membentuk Dewan Kesenian Jakarta. Melarang birokrat terlibat dalam pengelolaan TIM.
KOLOM
Warisan Ali untuk Indonesia
Ali Sadikin membangun Jakarta secara bertahap. Berani mengambil keputusan dan menjadikan Jakarta lebih manusiawi.
Oposan Selepas Jabatan
Ali Sadikin tak hanya membangun Jakarta, tapi juga bergiat di bidang demokrasi. Tak gentar melawan pemerintah Orde Baru.
Penyantun Hingga Akhir Hayat
Ikut mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Ali Sadikin ingin warga miskin di Jakarta mendapat pendampingan hukum. Kerap berhadapan di pengadilan.
Pendekar Kebebasan Pers
Ikut mendorong berdirinya Tempo, Ali Sadikin tak alergi terhadap pers. Meminta kebijakannya dikritik media massa.
Ritual Pagi Bang Ali
Inspirasi Ali Sadikin membangun Jakarta salah satunya berasal dari media massa yang dibacanya. Membaca 12 surat kabar, 8 majalah dalam negeri, dan 6 majalah asing.
Petisi yang Tertindas
Ali Sadikin berhadapan dengan Soeharto melalui gerakan Petisi 50. Siap menjadi calon presiden.
KOLOM
Ali Sadikin Sebagai Veritatis Splendor
Paradoks Ali Sadikin. Membangun kampung kumuh, menggusur tanpa ganti rugi.
Magnet Warga Ikon Jakarta
Kumpulan foto Ali Sadikin selama menjadi Gubernur Jakarta. Akrab dengan warga.