TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan berancang-ancang memulai riset untuk mengkaji manfaat tanaman ganja. Rancangan peraturan yang mengatur soal riset ganja medis tersebut telah diserahkan ke Istana pada awal tahun ini. Jika aturan itu disetujui, Indonesia bisa meniru Thailand yang lebih dulu melegalkan ganja medis dan mulai awal Juni lalu membolehkan kanabis untuk rekreasi.
Sejak awal Juli hingga pekan lalu, kami mengirim Budiarti Utami Putri, jurnalis termuda di kompartemen nasional, ke Thailand. Kami ingin melihat bagaimana Thailand sampai pada keputusan penting ini. Thailand adalah negara Asia pertama yang melegalkan ganja. Apakah penduduk sana teler massal atau justru mendapat banyak manfaat dengan legalisasi kanabis?
Selama berada di Thailand, Putri berkeliling ke sejumlah kawasan turis yang membebaskan transaksi ganja. Ia menyaksikan bagaimana toko-toko, kafe, dan bar menjajakan beraneka ragam kembang-kembang kanabis. Penduduk Bangkok pun tak mau ketinggalan dan ramai-ramai menggelar meja untuk mendapat keuntungan.
Ia mewawancarai aktivis, pengusaha, pejabat, dan dokter yang berada di balik legalisasi ganja. Termasuk, Menteri Kesehatan yang secara terang-terangan mengakui bahwa legalisasi ganja ikut menaikkan suara partainya. Mereka memberi penjelasan soal manfaat ganja untuk pariwisata dan perekonomian di Thailand.
Putri juga menyambangi perkebunan ganja di Chiang Mai dan menyaksikan ganja dibudidayakan sebagai tanaman industri. Sejumlah penduduk Chiang Mai memanfaatkan kebijakan pemerintah dan mulai berinvestasi untuk menanam serta mengolah tanaman kanabis. Potensi pemasukan dari legalisasi ganja diperkirakan mencapai lebih dari Rp 40 triliun dalam lima tahun.
Di dalam negeri, kami menemui para pejabat Kementerian Kesehatan yang mengetahui proses penyusunan aturan yang membolehkan riset ganja medis. Dari mereka, kami tahu berbagai upaya yang dilakukan pemerintah agar riset tersebut bisa segera dimulai. Namun, Badan Narkotika Nasional selalu menolak legalisasi ganja medis.
Meski berpotensi membuat penggunanya ketergantungan, ganja berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Kami mewawancarai seorang pengguna ekstrak ganja yang penyakitnya sembuh dan bisa beraktivitas dengan normal. Juga para aktivis dan keluarga pasien berpenyakit berat yang berharap pemerintah bisa memberlakukan legalisasi ganja medis.
Selamat membaca.
Stefanus Pramono
Redaktur Pelaksana
Aroma Ganja di Kotak Suara
Legalisasi ganja di Thailand berlaku penuh mulai awal Juni lalu. Bagaimana dampak legalisasi ganja di negara itu?
Bunga-Bunga Kebun Rami
Thailand diperkirakan mendapat manfaat besar dari legalisasi ganja. Pemerintah menyiapkan perkebunan berskala industri.
Wawancara Menteri Kesehatan Thailand Soal Manfaat Ganja
Kepada Tempo, Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand Anutin Charnvirakul buka-bukaan soal alasan negara itu melegalkan ganja. Bukan kebijakan yang ujug-ujug.
Ancang-Ancang untuk Pika
Draf yang melegalkan riset ganja medis masih tertahan di Istana. Apa saja isinya?
Antara Nyawa dan Penjara
Cerita dari mereka yang tertolong dengan menggunakan ganja. Apa saja manfaat ganja?
BNN: “Jangan coba-coba melegalkan ganja”
Wawancara Tempo dengan Koordinator Kelompok Ahli Badan Narkotika Nasional. Kenapa BNN menolak legalisasi ganja medis?
OPINI
Belajar Legalisasi Ganja dari Thailand
Indonesia perlu belajar dari Thailand soal legalisasi ganja medis. Manfaat lebih banyak ketimbang mudaratnya.
HUKUM
Adu Tembak Janggal Dua Ajudan
Brigadir Yosua diduga dihabisi di rumah dinas Inspektur Jenderal Ferdy Sambo. Banyak kejanggalan di balik kematiannya.
Kado Cincin Sang Penembak Jitu
Brigadir Yosua mengawali kariernya sebagai penembak jitu di Korps Brigade Mobil. Bagaimana kedekatannya dengan Ferdy Sambo?
OPINI
Keadilan untuk Brigadir Yosua
Polisi tak boleh menutupi kasus terbunuhnya Brigadir Yosua. Autopsi ulang wajib dilakukan.