EKONOMI DAN BISNIS
25 Mei 2022
Beli Gratis Bayar Nanti
Konsep pembayaran paylater, “beli sekarang, bayar nanti”, kian populer di antara konsumen belanja online. Ini sebenarnya skema kredit konsumsi yang dimodifikasi oleh platform belanja online dan lembaga keuangan, agar lebih praktis dan menarik bagi konsumen.
Pertumbuhan layanan ini luar biasa. Hasil survei Research and Markets kuartal IV 2021 menyebut industri paylater di Asia Pasifik akan naik 61,5 persen per tahun, dengan nilai US$ 133,69 miliar pada 2022. Di Indonesia, layanan pay later tumbuh 94,7 persen per tahun dengan proyeksi transaksi hingga US$ 2,66 miliar atau Rp 39 triliun di akhir tahun ini.
Hampir semua platform belanja online menyediakan fasilitas paylater. Shopee, misalnya, menyediakan SPayLater. GoPay, layanan sistem pembayaran GoTo, bekerja sama dengan perusahaan penyelenggara pinjaman peer to peer Findaya untuk menjalankan skema GoPayLater. Dengan fitur-fitur tersebut, platform perdagangan online bisa mengerek jumlah pengguna sekaligus mendongkrak transaksi mereka.
Belakangan, bank juga masuk dalam bisnis ini. Bank tak mau kehilangan ceruk pasar kredit konsumsi dan kredit mikro jika akhirnya paylater mengalahkan popularitas kartu kredit. Peluang ini terbuka karena syarat bagi pengguna paylater relatif ringan. Hanya perlu kartu tanda penduduk dan akun belanja online untuk mengakses layanan ini.
Edisi kali ini kami menyuguhkan cerita tentang peluang bisnis paylater, sekaligus beragam risikonya. Apa risiko kartu kredit eceran ini bagi budaya belanda kita? Semoga bermanfaat. Selamat membaca.
Fery Firmansyah
Redaktur Utama
Tren Baru Paylater
Mengapa kartu kredit pinjaman ringan ini begitu populer? Apa saja risikonya?
Persaingan Bisnis Paylater
Sejumlah layanan keuangan, yang dihela perusahaan besar, masuk bisnis paylater. Pertumbuhannya menggiurkan.
OPINI: Risiko Paylater
Bagaimana memperlakukan paylater dalam bisnis keuangan kita?
SINYAL PASAR
Waspada Subsidi Gendut
Pemerintah enggan mencabut subsidi. Apa saja risikonya bagi keberlanjutan anggaran kita?