#CekFakta 156 Hoaks Seputar Hepatitis Akut Misterius Terkait Vaksin Covid-19

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock
Ilustrasi hepatitis. Shutterstock

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Kemunculan penyakit hepatitis akut pada anak yang belum diketahui penyebabnya membuat banyak klaim dan hoaks beredar di publik. Salah satu klaim yang paling banyak beredar adalah klaim yang mengaitkan penyakit ini dengan efek samping vaksin coronavirus disease 2019 (Covid-19).

Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah klaim di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini klaim yang beredar memiliki isu yang lebih beragam. Salah satu di antaranya adalah klaim salah tentang penyakit Hepatitis akut misterius yang dikaitkan dengan efek samping Vaksin Covid-19.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab

Hoaks Seputar Hepatitis Akut Misterius Dikaitkan dengan Vaksin Covid-19 Banyak Beredar

Munculnya penyakit hepatitis akut di sejumlah negara yang masih belum diketahui penyebab membuat masyarakat dunia khawatir. Apalagi jumlah temuan kasus yang teridentifikasi terus bertambah.

Pada awal laporannya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi lebih dari 288 kasus hepatitis akut misterius di seluruh dunia. Namun, satu bulan berjalan, temuan kasus terus bertambah.

Di Indonesia, 3 kasus bayi meninggal akibat penyakit misterius ini telah dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan sepanjang April 2022. Belakangan, jumlahnya pun ikut terus bertambah. 

Pada Kamis, 12 Mei 2022, Juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terdapat 18 kasus diduga hepatitis akut misterius, sembilan di antaranya dalam kategori pending klasifikasi. Kemudian, “Tujuh tidak masuk kriteria karena bukan hepatitis akut dan dua masih dalam pemeriksaan,” ujarnya.

Kemunculan penyakit yang belum diketahui penyebabnya ini membuat banyak klaim dan hoaks beredar di publik. Salah satu klaim yang paling banyak beredar adalah klaim yang mengaitkan penyakit ini dengan efek samping vaksin Covid-19. Seperti diketahui, vaksinasi Covid-19 juga diterima anak-anak usia 6-16 tahun.

 

Menanggapi hal tersebut, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Muzal Kadim mengatakan, berdasarkan perkembangan di berbagai negara, termasuk Indonesia, penyakit hepatitis yang belum diketahui penyebabnya ini justru mayoritas menyerang anak-anak yang belum divaksin Covid-19.

Muzal mengakui vaksin Covid-19 memang seringkali dikaitkan memiliki efek samping atau juga Messenger RNA (mRNA). Namun, dia menekankan ini karena memang pemberiannya telah banyak diterima hingga efeknya muncul setelah jutaan orang dapat suntikan vaksin itu.

“Kalau dikaitkan dengan messenger RNA itu setelah sekian juta pemberian vaksin, itu dikaitkan dengan efek samping. Tapi kalau pada kasus yang akut ini tidak dikaitkan dengan vaksin Covid,” ucap dia.

Muzal juga menyatakan bahwa belum ada landasan yang kuat untuk menghubungkan kasus hepatitis akut misterius ini dengan Covid-19. Meskipun ada kasus pasien yang menderita kedua penyakit itu secara bersamaan, belum ada bukti medis bahwa virus Covid-19 memicu hepatitis.

Peneliti Global Health Security Dr. Dicky Budiman juga membantah kemungkinan penyakit ini disebabkan efek samping vaksin Covid-19. Menurut dia, sempat ada dugaan bahwa penyakit ini masuk kategori Long Covid. Namun hal ini masih sekadar dugaan sementara.

Dugaan tersebut muncul dari sebuah studi di Israel yang berisikan tentang 90 persen anak yang terinfeksi hepatitis pernah terinfeksi Covid-19. Tetapi hal tersebut masih belum dapat terkonfirmasi. “Tapi kami semua masih menunggu data lebih valid,” kata Dicky menjelaskan.

Riset Penulisan Cek Fakta

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan jaringan Cek Fakta yang terdiri atas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) sedang melaksanakan riset penulisan Cek Fakta bekerjasama dengan tim akademisi dari Universitas Media Nusantara. Riset ini dilakukan dengan, salah satunya, mengadakan survei.

Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang akurat serta input dari publik terkait dengan produk Cek Fakta, dari aspek format dan model distribusi. Hasil survei ini akan digunakan sebagai masukan perbaikan produk Cek Fakta agar publik membaca produk-produk cek fakta yang dihasilkan media jaringan Cek Fakta sebagai referensi melawan dis/misinformasi yang beredar di masyarakat.

Anda bisa berpartisipasi dengan mengisi survei di tautan berikut: Survei CekFakta

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

WhatsApp Mulai Luncurkan Reaksi Pesan pada Pengguna. Cara kerjanya mirip dengan cara kerja reaksi Facebook - Anda menekan lama pada pesan WhatsApp dan memilih emoji yang Anda inginkan, sebagaimana dilaporkan GSM Arena, 6 Mei 2022. Fitur reaksi pesan sudah tersedia untuk beberapa pengguna di WhatsApp versi terbaru, tetapi akan memakan waktu sekitar satu atau dua minggu sebelum dapat menjangkau semua pengguna WhatsApp secara global.

AS Tawarkan Hadiah Rp 145 Miliar untuk Informasi Peretas Ransomware Conti. Selain itu, AS menawarkan US$ 5 juta (Rp 72,6 miliar) lagi untuk informasi intelijen yang dapat membantu menangkap atau menghukum individu yang berkonspirasi atau mencoba untuk berafiliasi dengan kelompok tersebut dalam serangan ransomware. Departemen tersebut menyebut varian Conti sebagai “jenis ransomware paling mahal yang pernah didokumentasikan”.

Pembelian Twitter oleh Miliarder Tesla dan SpaceX mogul Elon Musk memicu perdebatan sengit. Sebagian besar perdebatan berpusat pada perubahan yang diharapkan pada kebijakan moderasi konten. Namun, beberapa pakar keamanan malah berfokus pada rencana Musk untuk menggunakan algoritma Twitter sebagai open source. Hal ini membuat mereka berpikir tentang potensi masalah keamanan dan penyalahgunaan sistem untuk mempromosikan konten berkualitas rendah dan berbahaya.

Ferrari telah mengumumkan rencana untuk membuat token non-fungible (NFT) berdasarkan mobilnya. Tak lama setelah mengumumkannya beberapa peretas langsung berupaya mengambil keuntungan. Subdomain dari pabrikan mobil tersebut telah disusupi dan digunakan untuk menampung penipuan NFT. Beruntungnya, Ferrari segera mengidentifikasinya dan berhasil menghapus. Sehingga kerugian yang didapatkan tak terlalu besar.

 

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial klaim yang beredar memiliki isu yang lebih beragam. Salah satu di antaranya adalah klaim salah tentang penyakit Hepatitis akut misterius yang dikaitkan dengan efek samping Vaksin Covid-19.

Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram








Ada Larangan Buka Bersama Saat Okupansi Hotel Terjun Bebas, 300 Anggota PHRI Sumsel Menjerit

1 hari lalu

Ilustrasi Buka Puasa. shutterstock.com
Ada Larangan Buka Bersama Saat Okupansi Hotel Terjun Bebas, 300 Anggota PHRI Sumsel Menjerit

Lebih dari 300 anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Selatan menjerit.


Cegah Kenaikan Kasus Covid-19, Dinkes DKI Jakarta Imbau Masyarakat Hindari Bukber

2 hari lalu

Petugas medis menunggu pengguna jasa layanan 'drive thru' tes antigen dan PCR Covid-19 harian di salah satu laboratorium di Setiabudi, Jakarta, Selasa, 3 Januari 2023. Pihak laboratorium tersebut mengaku permintaan layanan tes antigen maupun PCR Covid-19 terus menurun usai pemerintah mencabut PPKM dan menyatakan tes PCR dan antigen tidak lagi diwajibkan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Cegah Kenaikan Kasus Covid-19, Dinkes DKI Jakarta Imbau Masyarakat Hindari Bukber

Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit bagi pasien Covid-19 atau bed occupancy rate (BOR) tetap berada di angka 6-7 persen.


Covid-19 di Wuhan Menyebar dari Anjing Rakun? Begini Dugaan Itu Muncul

4 hari lalu

Anjing rakun (Nyctereutes procyonoides. wikipedia.org
Covid-19 di Wuhan Menyebar dari Anjing Rakun? Begini Dugaan Itu Muncul

Debat asal usul Covid-19 bertambah panjang lagi. WHO minta CDC Cina kirim ulang data.


PPP Menilai Alasan Jokowi Tiadakan Buka Puasa Bersama Tidak Tepat

4 hari lalu

Wakil Sekretaris Jenderal PPP Achmad Baidowi (di tengah) usai konferensi pers terkait Mukernas IV PPP di kantor DPP PPP Diponegoro pada Rabu, 17 Juli 2019. TEMPO/Dewi Nurita
PPP Menilai Alasan Jokowi Tiadakan Buka Puasa Bersama Tidak Tepat

Politikus PPP Achmad Baidowi alias Awiek menanggapi keluarnya surat Sekretaris Kabinet ihwal arahan penyelenggaraan buka puasa bersama.


Bubur Sup Khas Kesultanan Deli Kembali Disajikan Setelah Tiga Tahun Tak Muncul saat Ramadan

4 hari lalu

Jamaah mengambil bubur sup khas Kesultanan Deli di halaman Mesjid Raya Al Mashun Medan, Kamis 23 Maret 2023. ANTARA/M Sahainy Nasution
Bubur Sup Khas Kesultanan Deli Kembali Disajikan Setelah Tiga Tahun Tak Muncul saat Ramadan

Mesjid Raya Al Mashun Medan kembali menyajikan bubur sup khas Kesultanan Deli pada Ramadan tahun ini setelah sempat ditiadakan karena Covid-19


Sederet Aturan Buka Puasa di Bus Transjakarta Selama Bulan Ramadan 1444 Hijriah

5 hari lalu

Warga saat menunggu bus di Halte Transjakarta Bundaran HI yang sedang dilakukan uji coba, Jakarta, Minggu, 9 Oktober 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sederet Aturan Buka Puasa di Bus Transjakarta Selama Bulan Ramadan 1444 Hijriah

PT Transjakarta memberlakukan aturan buka puasa di dalam bus dan halte selama bulan Ramadan 1444 Hijriah. Apa saja yang dilarang?


Ed Sheeran Ungkap Masalah Kesehatan, 7 Kali Kena Covid-19 dan Alami Bulimia

6 hari lalu

Ed Sheeran. Foto: Instagram/@teddysphotos
Ed Sheeran Ungkap Masalah Kesehatan, 7 Kali Kena Covid-19 dan Alami Bulimia

Ed Sheeran mengaku sering terkena Covid-19 karena sering bepergian. Apa lagi masalah kesehatan yang ia alami?


Pemerintah Beri Penghargaan Penanganan Covid-19

6 hari lalu

Presiden Joko Widodo bersama  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat acara Penghargaan Penanganan Covid-19 yang digelar di Gedung Dhanapala, Senin (20/03).
Pemerintah Beri Penghargaan Penanganan Covid-19

Penghargaan Penanganan Covid-19 diberikan sebagai wujud apresiasi kepada semua komponen bangsa yang telah bekerja keras mengatasi Pandemi Covid-19.


Data Awal Penyebaran Covid-19 Unggahan Ilmuwan China Menghilang, Kenapa?

6 hari lalu

Rakun bernama Fritzi menyantap makanan di rumah dokter hewan Mathilde Laininger di Berlin, Jerman, 27 Januari 2022. Saat ini Fritzi memiliki akun Instagram dengan sepuluh ribu pengikut. REUTERS/Hannibal Hanschke
Data Awal Penyebaran Covid-19 Unggahan Ilmuwan China Menghilang, Kenapa?

Berdasarkan data awal Covid-19 yang diunggah peneliti China, muncul teori baru bahwa virus corona kemungkinan disebarkan rakun di pasar hewan Wuhan.


Tetap Waspadai Gejala Covid-19 Meski Tak Terlalu Berbahaya

6 hari lalu

Ilustrasi wanita batuk. Freepik.com/Jcomp
Tetap Waspadai Gejala Covid-19 Meski Tak Terlalu Berbahaya

Dokter mengatakan gejala COVID-19 pada populasi umum saat ini tak seberat sebelumnya. Tapi masyarakat masih tetap harus waspada.