Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Kemunculan penyakit hepatitis akut pada anak yang belum diketahui penyebabnya membuat banyak klaim dan hoaks beredar di publik. Salah satu klaim yang paling banyak beredar adalah klaim yang mengaitkan penyakit ini dengan efek samping vaksin coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah klaim di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini klaim yang beredar memiliki isu yang lebih beragam. Salah satu di antaranya adalah klaim salah tentang penyakit Hepatitis akut misterius yang dikaitkan dengan efek samping Vaksin Covid-19.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab
Hoaks Seputar Hepatitis Akut Misterius Dikaitkan dengan Vaksin Covid-19 Banyak Beredar
Munculnya penyakit hepatitis akut di sejumlah negara yang masih belum diketahui penyebab membuat masyarakat dunia khawatir. Apalagi jumlah temuan kasus yang teridentifikasi terus bertambah.
Pada awal laporannya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi lebih dari 288 kasus hepatitis akut misterius di seluruh dunia. Namun, satu bulan berjalan, temuan kasus terus bertambah.
Di Indonesia, 3 kasus bayi meninggal akibat penyakit misterius ini telah dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan sepanjang April 2022. Belakangan, jumlahnya pun ikut terus bertambah.
Pada Kamis, 12 Mei 2022, Juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terdapat 18 kasus diduga hepatitis akut misterius, sembilan di antaranya dalam kategori pending klasifikasi. Kemudian, “Tujuh tidak masuk kriteria karena bukan hepatitis akut dan dua masih dalam pemeriksaan,” ujarnya.
Kemunculan penyakit yang belum diketahui penyebabnya ini membuat banyak klaim dan hoaks beredar di publik. Salah satu klaim yang paling banyak beredar adalah klaim yang mengaitkan penyakit ini dengan efek samping vaksin Covid-19. Seperti diketahui, vaksinasi Covid-19 juga diterima anak-anak usia 6-16 tahun.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Muzal Kadim mengatakan, berdasarkan perkembangan di berbagai negara, termasuk Indonesia, penyakit hepatitis yang belum diketahui penyebabnya ini justru mayoritas menyerang anak-anak yang belum divaksin Covid-19.
Muzal mengakui vaksin Covid-19 memang seringkali dikaitkan memiliki efek samping atau juga Messenger RNA (mRNA). Namun, dia menekankan ini karena memang pemberiannya telah banyak diterima hingga efeknya muncul setelah jutaan orang dapat suntikan vaksin itu.
“Kalau dikaitkan dengan messenger RNA itu setelah sekian juta pemberian vaksin, itu dikaitkan dengan efek samping. Tapi kalau pada kasus yang akut ini tidak dikaitkan dengan vaksin Covid,” ucap dia.
Muzal juga menyatakan bahwa belum ada landasan yang kuat untuk menghubungkan kasus hepatitis akut misterius ini dengan Covid-19. Meskipun ada kasus pasien yang menderita kedua penyakit itu secara bersamaan, belum ada bukti medis bahwa virus Covid-19 memicu hepatitis.
Peneliti Global Health Security Dr. Dicky Budiman juga membantah kemungkinan penyakit ini disebabkan efek samping vaksin Covid-19. Menurut dia, sempat ada dugaan bahwa penyakit ini masuk kategori Long Covid. Namun hal ini masih sekadar dugaan sementara.
Dugaan tersebut muncul dari sebuah studi di Israel yang berisikan tentang 90 persen anak yang terinfeksi hepatitis pernah terinfeksi Covid-19. Tetapi hal tersebut masih belum dapat terkonfirmasi. “Tapi kami semua masih menunggu data lebih valid,” kata Dicky menjelaskan.
Riset Penulisan Cek Fakta
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan jaringan Cek Fakta yang terdiri atas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) sedang melaksanakan riset penulisan Cek Fakta bekerjasama dengan tim akademisi dari Universitas Media Nusantara. Riset ini dilakukan dengan, salah satunya, mengadakan survei.
Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang akurat serta input dari publik terkait dengan produk Cek Fakta, dari aspek format dan model distribusi. Hasil survei ini akan digunakan sebagai masukan perbaikan produk Cek Fakta agar publik membaca produk-produk cek fakta yang dihasilkan media jaringan Cek Fakta sebagai referensi melawan dis/misinformasi yang beredar di masyarakat.
Anda bisa berpartisipasi dengan mengisi survei di tautan berikut: Survei CekFakta
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
WhatsApp Mulai Luncurkan Reaksi Pesan pada Pengguna. Cara kerjanya mirip dengan cara kerja reaksi Facebook - Anda menekan lama pada pesan WhatsApp dan memilih emoji yang Anda inginkan, sebagaimana dilaporkan GSM Arena, 6 Mei 2022. Fitur reaksi pesan sudah tersedia untuk beberapa pengguna di WhatsApp versi terbaru, tetapi akan memakan waktu sekitar satu atau dua minggu sebelum dapat menjangkau semua pengguna WhatsApp secara global.
AS Tawarkan Hadiah Rp 145 Miliar untuk Informasi Peretas Ransomware Conti. Selain itu, AS menawarkan US$ 5 juta (Rp 72,6 miliar) lagi untuk informasi intelijen yang dapat membantu menangkap atau menghukum individu yang berkonspirasi atau mencoba untuk berafiliasi dengan kelompok tersebut dalam serangan ransomware. Departemen tersebut menyebut varian Conti sebagai “jenis ransomware paling mahal yang pernah didokumentasikan”.
Pembelian Twitter oleh Miliarder Tesla dan SpaceX mogul Elon Musk memicu perdebatan sengit. Sebagian besar perdebatan berpusat pada perubahan yang diharapkan pada kebijakan moderasi konten. Namun, beberapa pakar keamanan malah berfokus pada rencana Musk untuk menggunakan algoritma Twitter sebagai open source. Hal ini membuat mereka berpikir tentang potensi masalah keamanan dan penyalahgunaan sistem untuk mempromosikan konten berkualitas rendah dan berbahaya.
Ferrari telah mengumumkan rencana untuk membuat token non-fungible (NFT) berdasarkan mobilnya. Tak lama setelah mengumumkannya beberapa peretas langsung berupaya mengambil keuntungan. Subdomain dari pabrikan mobil tersebut telah disusupi dan digunakan untuk menampung penipuan NFT. Beruntungnya, Ferrari segera mengidentifikasinya dan berhasil menghapus. Sehingga kerugian yang didapatkan tak terlalu besar.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial klaim yang beredar memiliki isu yang lebih beragam. Salah satu di antaranya adalah klaim salah tentang penyakit Hepatitis akut misterius yang dikaitkan dengan efek samping Vaksin Covid-19.
Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Keliru, Video Meteor Jatuh di Lapangan Tanjung Bumi Bangkalan
- Keliru, Foto Rombongan Pemotor Menggunakan Kaos Bertuliskan Haram Dukung Anies Baswedan
- Sesat, Pengadilan Italia Putuskan Aturan Vaksinasi Wajib Inkonstitusional
- Keliru, Seorang Pemuda Hambur Uang Rp 321 Juta di Jalanan karena Depresi Ditinggal Pacar
- Sebagian Benar, Video Berjudul Indonesia Lakukan Ini Pada PBB Untuk Lawan Israel.
- Belum Ada Bukti, Vaksin Covid-19 Menjadi Penyebab Hepatitis Misterius Pada Anak-Anak.
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: