Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh NewsGuard menemukan bahwa video palsu dan menyesatkan berkembang biak dengan mudah di aplikasi TikTok. Tak seperti platform media jejaring sosial lainnya, TikTok dinilai masih tertinggal dalam mengantisipasi penyebaran konten misinformasi. Sehingga TiktTok menjadi platform dengan video palsu terbanyak terkait perang di Ukraina.
Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah klaim di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini klaim yang beredar lebih beragam. Namun, masih didominasi oleh klaim seputar kebijakan politik Rusia dan coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab
TikTok Jadi Platform dengan Video Palsu Perang Ukraona Terbanyak
TikTok menjadi platform yang paling banyak memiliki video palsu atau hoaks terkait perang di Ukraina. Dalam penelitian yang dilakukan NewsGuard, dalam aplikasi dengan pengguna lebih dari 1 miliar itu, pengguna baru mendapat rekomendasi konten palsu tentang Ukraina hanya dalam 40 menit pertama setelah bergabung.
Kebanyakan video-video palsu itu menggunakan video lama atau video latihan militer yang ditambahkan audio palsu yang dramatis. Video streaming game dan audio palsu ledakan besar atau baku tembak yang tak terkait juga banyak ditemukan dengan klaim perang di Ukraina.
Dari hasil penelusuran BBC, salah satu akun bahkan telah ditonton 30 juta kali pada pertengahan Maret 2022. Audio palsu suara tembakan juga populer, hingga muncul di lebih dari 13 ribu video.
“Sepertinya banyak streaming langsung menakutkan yang berulang kemungkinan dibuat dengan harapan menghasilkan uang melalui sistem pemberian hadiah TikTok,” kata Abbie Richards, peneliti independen yang membuat video dengan fokus pada bahaya misinformasi.
Sebagian besar streaming langsung palsu dapat dengan mudah ditemukan di bawah tagar populer seperti #Ukraine atau #UkraineWar. “Isinya dimaksudkan untuk berbaur dengan semua informasi lain yang tersedia tentang topik tersebut,” kata Richards.
Meski tertinggal dari platform media sosial lainnya, TikTok tidak tinggal diam, mereka tengah berupaya membendung aliran informasi yang menyesatkan tersebut. TikTok diketahui juga berkolaborasi dengan pemeriksa fakta independen dalam skala kecil. Namun, TikTok tidak melabeli video-video sesatnya.
Adapun Facebook, Instagram dan Twitter sudah sejak lama memiliki kebijakan memberi label video palsu atau menyesatkan terhadap sesuatu yang viral. Termasuk perang di Ukraina.
Juru bicara TikTok mengatakan, pihaknya terus berupaya menanggapi menghapus informasi yang salah dan berbahaya. “Untuk mendukung upaya kami membantu menjaga TikTok tetap aman dan otentik, kami telah menambahkan lebih banyak sumber daya untuk moderasi dan pengecekan fakta kami untuk konten dalam bahasa Rusia dan Ukraina, termasuk pakar bahasa lokal dan kemitraan dengan organisasi pengecekan fakta independen,” katanya.
Riset Penulisan Cek Fakta
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan jaringan Cek Fakta yang terdiri atas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) sedang melaksanakan riset penulisan Cek Fakta bekerjasama dengan tim akademisi dari Universitas Media Nusantara. Riset ini dilakukan dengan, salah satunya, mengadakan survei.
Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang akurat serta input dari publik terkait dengan produk Cek Fakta, dari aspek format dan model distribusi. Hasil survei ini akan digunakan sebagai masukan perbaikan produk Cek Fakta agar publik membaca produk-produk cek fakta yang dihasilkan media jaringan Cek Fakta sebagai referensi melawan dis/misinformasi yang beredar di masyarakat.
Anda bisa berpartisipasi dengan mengisi survei di tautan berikut: Survei CekFakta
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
Twitter Setujui Tawaran Akuisisi Elon Musk Rp 635 Triliun. Kesepakatan itu, menunggu persetujuan pemegang saham dan diperkirakan akan ditutup akhir tahun ini, datang hanya 10 hari setelah dewan Twitter menyetujui pil racun untuk mencegah pengambilalihan yang tidak bersahabat sebagai tanggapan atas upaya Musk untuk membeli perusahaan.
Korea Utara Menargetkan Jurnalis dengan Malware GOLDBACKDOOR. Sebuah laporan menyebutkan kini jurnalis yang meliput Korea Utara menjadi target serangan malware dengan tujuan akhir menyebarkan pintu belakang pada sistem Windows yang terinfeksi. Penyusupan dengan cara spear phising disebut merupakan karya Ricochet Chollima, yang mengakibatkan penyebaran jenis malware baru yang dinamakan GOLDBACKDOOR, sebuah artefak yang berbagi tumpang tindih teknis dengan malware lain bernama BLUELIGHT, yang sebelumnya telah ditautkan ke grup.
Ilustrasi malware. Kredit: Linux Insider
Banyak Penipuan Menargetkan MetaMask, aplikasi dompet kripto populer. Metamask menjadi sasaran empuk karena adanya cacat desain pada iOS. Penipuan phishing yang melibatkan panggilan yang tampaknya berasal dari Apple dapat menguras dompet MetaMask melalui pengaturan default yang lemah pengamanannya.
Perusahaan teknologi Jepang Panasonic mengungkapkan pihaknya menjadi korban dari “serangan siber yang ditargetkan” pada kantor cabangnya di Kanada. Menurut grup analisis malware VX Underground, grup ransomware Conti mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok tersebut mengklaim telah mencuri 2,8 gigabyte data dari Panasonic Kanada. Serangan yang terjadi pada Februari adalah serangan kedua yang menghancurkan perusahaan tersebut dalam waktu enam bulan. Pada November 2021, Panasonic Jepang mengungkapkan bahwa pihak ketiga telah melanggar jaringannya dan mengakses file di servernya.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial pekan ini lebih beragam. Namun, masih didominasi oleh klaim seputar kebijakan politik Rusia dan Covid-19.
Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Keliru, Video yang Diklaim Presiden Rusia Vladimir Putin Memainkan Lagu Aisyah Istri Rasulullah
- Keliru, Presiden Rusia Vladimir Putin Ancam Hancurkan Israel Dalam Waktu Dekat Setelah Serangan Ke Masjid Al Aqsa
- Tidak Terbukti, Klaim Seluruh Negara Eropa Sepakat Beli Gas Rusia dengan Rubel
- Keliru, Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 31 P/Hum/2022 Menyatakan Pandemi Covid-19 telah Berakhir
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: