TEMPO.CO, Jakarta -Hari Kartini selalu kami rayakan dengan memburu perempuan-perempuan inspiratif. Kali ini kami memilih para peneliti. Pandemi, agaknya, membuat kita makin sadar sains penting dalam pelbagai hal. Sains tak hanya untuk kedokteran. Sains berguna menopang hidup kita sehari-hari. Juga pemahaman baru: para saintis tak lagi tercitrakan sebagai laboratorium kumuh dan ilmuwan kurang gaul. Para saintis kita kini layaknya eksekutif muda.
Bidang-bidang riset mereka pun macam-macam dan tak terduga-duga. Dari kesehatan, energi terbarukan, bioteknologi molekuler, hingga kecerdasan buatan. Kami memilih lima perempuan peneliti paling moncer. Bukan pilihan kami sendiri. Karena, seperti biasa, kami memilih mereka dengan mengundang “juri” tamu. Mereka adalah Ketua Komisi Ilmu Kedokteran Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Herawati Supolo-Sudoyo, anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Neni Nurainy, dan Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) Sastia Prama Putri.
Ada banyak ilmuwan yang kami bawa untuk ditimbang dan didiskusikan. Setelah penelusuran rekam jejak, kami memilih lima dari mereka. Derry Tanti Wijaya peneliti kecerdasan buatan, peneliti biokimia Levana Laksmicitra Sani, peneliti bioteknologi molekuler Fenny Martha Dwivany, peneliti energi terbarukan Noor Titan Putri Hartono, dan peneliti penyakit autoimun Novalia Pishesha.
Kelima sosok tersebut tentu tidak dapat mewakili seluruh perempuan peneliti yang tersebar di berbagai kampus dan lembaga penelitian, baik di Indonesia maupun mancanegara. Tidak tertutup kemungkinan ada nama lain yang perjuangannya tak kalah gigih tapi luput dari perhatian kami. Setidaknya, kelima peneliti tersebut dapat memantik harapan bahwa Indonesia memiliki perempuan peneliti yang risetnya bermanfaat bagi orang banyak.
Dengan membagikan kisah mereka, kami berharap dapat menularkan semangat dan inspirasi untuk kemajuan dunia penelitian di Indonesia. Selamat membaca. Tak ada lagi gelap perempuan Indonesia.
Sapto Yunus
Redaktur Pelaksana
Mengapa Kami Memilih Peneliti
Penjurian dan latar belakang pemilihan.
Kecerdasan Mesin dan Pemograman Bahasa
Ia mempelejari bahasa manusia dan mengawinkannya dengan bahasa komputer. Apa jadinya?
Peneliti Pisang dari Kota Kembang
Mengatur kematangan pisang. Banyak manfaatnya bagi masyarakat desa.
Agar Obat Lebih Akurat
Dengan membuat obat jadi personalisasi, dokter bisa mengukur akurasinya.
Sel Surya Alternatif
Panel surya juga menghasilkan emisi. Ada alternatif dari Cimahi.
Nanobodi untuk Autoimun
Bagaimana mengobati penyakit autoimun? Namanya nanobodi.
KOLOM: Ruang Perempuan dalam Sains
Sains tak berkelamin. Tapir uang untuk perempuan harus lebih besar.
OPINI: Riset dan Kebebasan Akademik