Halo pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
World Health Organization (WHO) khawatir jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia akan mencapai 200 juta pada akhir Agustus 2021. Ledakan kasus itu disebabkan super strain yang populer dengan sebutan varian Delta Covid-19. Sejumlah studi menjelaskan keganasan varian itu harus diatasi dengan serius, termasuk vaksinasi secara luas dan kebijakan lockdown.
Mari kita simak rangkuman sejumlah studi di bawah ini...
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Studi Efektivitas Vaksin Covid-19 terhadap Varian Delta
Bagian ini ditulis oleh Siti Aisah, peserta Health Fellowship Tempo yang didukung oleh Facebook.
Salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 adalah daya gebrak varian delta yang dapat menyebar dengan sangat cepat. Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian ini akan menjadi varian yang dominan dalam hitungan bulan.
Petugas menggunakan hazmat memasukkan peti jenazah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 ke dalam liang lahat di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat, 20 Agustus 2021. Kematian akibat wabah Covid-19 secara nasional masih mencapai di angka 1000 perharinya. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Dalam sepekan terakhir, jumlah kasus Covid-19 di dunia bertambah sebanyak 3,4 juta orang. Jika angka terus naik, akibat penyebaran varian Delta, WHO menyebut jumlah kasus Covid-19 di dunia akan mencapai lebih dari 200 juta per akhir Agustus. Selain meningkatkan lonjakan kasus dan kematian pada kelompok rentan, varian ini dikabarkan dapat mempengaruhi efektivitas vaksin.
- Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman menyebut, varian Delta memenuhi kriteria super strain karena selain cepat menular, varian delta juga meningkatkan derajat keparahan gejala dan mempengaruhi efektivitas vaksin. Menurut Dicky, pemerintah perlu mengubah strategi penanganan Covid-19 untuk meredam terjadinya ledakan kasus akibat varian delta ini. “Tiga kombinasi strategi yang harus dilakukan, yakni melakukan testing yang masif dan agresif, vaksinasi masif, hingga lockdown. Ini semua selama ini berat untuk Indonesia. Tapi, kita harus benar-benar siapkan itu,” ujar dia.
- Studi oleh Kesehatan Masyarakat Inggris (Public Health England) pada bulan Mei 2021 menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya dua dosis vaksin Covid-19 sangat efektif melawan varian delta. Vaksin Pfizer-BioNTech 88 persen efektif terhadap penyakit simtomatik dari varian delta pada 2 minggu setelah pemberian dosis kedua. Sedangkan dua dosis vaksin AstraZeneca 60 persen efektif terhadap penyakit simtomatik dari varian delta. Kedua vaksin tersebut 33 persen efektif terhadap penyakit simtomatik dari varian delta pada 3 minggu setelah pemberian dosis pertama.
- Studi yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine mengkonfirmasi temuan utama oleh Public Health England pada bulan Mei tentang kemanjuran vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dan Oxford-AstraZeneca. Studi tersebut menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer memiliki efektivitas 88 persen untuk mencegah penyakit simtomatik dari varian delta. Dua dosis vaksin AstraZeneca 67 persen efektif terhadap varian delta, yakni meningkat dari efektivitas pada laporan sebelumnya sebesar 60 persen. “Perbedaan efektivitas vaksin hanya sedikit lebih kecil pada varian delta dibandingkan dengan varian alpha setelah menerima dua dosis vaksin,” tulis peneliti Public Health England dalam penelitian tersebut.
- Sebuah studi di Skotlandia menemukan hasil yang serupa. Para peneliti menyimpulkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech menawarkan perlindungan sangat baik terhadap varian delta dan menunjukkan efektivitas 79 persen pada 14 hari setelah menerima dosis kedua. Sedangkan vaksin AstraZeneca dapat memberi perlindungan sebesar 60 persen terhadap varian delta. Studi ini juga menunjukkan bahwa varian delta di Skotlandia terutama ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda. Risiko dirawat di RS akibat Covid-19 kira-kira dua kali lipat pada pasien dengan varian delta dibandingkan varian alpha. Risiko ini juga meningkat pada pasien dengan lima atau lebih penyakit penyerta yang relevan.
- Sementara itu, Israel yakin varian Delta telah melemahkan efektivitas program vaksinasi di negaranya. Kementerian Kesehatan Israel mengatakan vaksin Pfizer hanya 64 persen efektif untuk mencegah infeksi simtomatik, dibandingkan dengan tingkat kemanjuran sekitar 95 persen pada uji klinis pada tahun 2020. Vaksin tetap efektif hingga 93 persen untuk mencegah rawat inap dan kematian, kata pihak Kementerian itu. Para ahli telah berulang kali memperingatkan perlunya memvaksinasi setidaknya 70 persen populasi dunia untuk mencegah munculnya varian baru yang mungkin terbukti resisten terhadap vaksin yang ada.
- Hasil penelitian di Kanada menunjukkan bahwa pemberian satu dosis vaksin Moderna terbukti efektif terhadap varian Delta, walaupun efektivitasnya cenderung lebih rendah dibandingkan terhadap varian Alpha. Vaksin Moderna memiliki efektivitas 72 persen mencegah Covid-19 simptomatik akibat varian Delta. Efektivitas satu dosis vaksin Moderna untuk mencegah rawat inap atau kematian akibat Covid-19 umumnya lebih tinggi daripada efektivitas pada infeksi Covid-19 simptomatik. Satu dosis vaksin Moderna efektif mencegah rawat inap dan kematian akibat Covid-19 hingga 96 persen.
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.
Ikuti kami di media sosial: