Halo pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Sampai hari ini, masih banyak orang di antara kita yang belum tentu dapat memahami arti sesungguhnya dari CT value di tes untuk mendeteksi Covid-19. Padahal angka CT pada tes RT-PCR sudah menjadi hal yang lazim kita temui dalam percakapan sehari-hari, baik langsung maupun tertera dalam berbagai chat di media sosial. Nawala Cek Fakta Tempo kali ini akan menjelaskan makna di balik angka yang kerap membuat jantung kita berdegup kencang.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Makna CT Value pada Hasil Tes RT-PCR untuk Covid-19
Bagian ini ditulis oleh Siti Aisah, peserta Health Fellowship Tempo yang didukung oleh Facebook.
Berbagai jenis tes untuk mendeteksi coronavirus disease, alias Covid-19, telah beredar. Dua jenis tes yang paling umum digunakan adalah tes antigen dan Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Teknologi PCR merupakan tes yang mendeteksi penyakit dengan mencari jejak materi genetik virus Corona pada sampel. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menganggap metode PCR sebagai standar emas pengujian Covid-19. Hasil pengujian PCR menunjukkan keterangan bahwa sampel positif atau negatif Covid-19. Selain itu, pada hasil PCR juga tertera nilai CT (cycle threshold) yang memiliki makna tertentu. Nilai CT pada hasil tes PCR sering dijadikan parameter untuk menentukan tingkat infeksi virus Corona di dalam tubuh. Baru-baru ini, banyak ditemukan unggahan di media sosial terkait makna nilai CT pada hasil tes PCR.
Calon penumpang mengikuti tes acak swab antigen sebelum naik Kereta Rangkaian Listrik saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Stasiun Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin, 5 Juli 2021. PT KCI juga mewajibkan penumpang KRL memakai masker ganda. Masker yang disarankan adalah masker bedah dilapisi dengan masker kain. Apabila mau pakai masker tunggal, maka bisa memakai masker KN95, N95, maupun KF94. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
- Muncul perdebatan di antara ahli epidemiologi dan pakar kesehatan terkait hasil tes Covid-19. Beberapa pihak mengatakan pusat pengujian Covid-19 harus melaporkan tidak hanya apakah seseorang positif, tetapi juga nilai CT, yang menunjukkan berapa banyak virus yang didapatkan pada orang yang terinfeksi Covid-19. Sampel yang sama dapat memberikan nilai CT yang berbeda pada mesin pengujian yang berbeda, dan hasil swab yang berbeda dari orang yang sama dapat memberikan hasil yang berbeda pula. Ahli virologi di Tufts University, Marta Gaglia mengatakan, “Nilai CT bukanlah skala mutlak”.
- Angka pada nilai CT menunjukkan terdeteksinya virus SARS-Cov-2 pada putaran mesin PCR ke sekian (sesuai angka). Nilai CT tidak digunakan untuk menentukan tingkat keparahan penyakit, seberapa menularnya seseorang atau kapan seseorang dapat bebas dari isolasi/karantina. Nilai CT <29 artinya positif kuat, nilai CT 30-37 artinya positif, sedangkan nilai CT 38-40 artinya positif lemah. Standar angka pada mesin PCR bisa berbeda tiap rumah sakit karena merek dan standar yang digunakan juga berbeda. Hasil PCR negatif rata-rata menggunakan standar 35-40, tergantung pada alat yang digunakan saat melakukan RT-PCR.
- Para peneliti yang dipimpin oleh Bernard La Scola, seorang ahli penyakit menular di IHU-Méditerranée Infection, memeriksa 3790 sampel positif dengan mencantumkan nilai CT. La Scola dan rekan-rekan mengamati bahwa pada CT=25, hingga 70 persen pasien tetap positif dalam sampel kultur sel. Pada CT=30, nilai ini turun menjadi 20 persen. Pada CT=35, yakni nilai yang digunakan untuk melaporkan hasil positif pada tes PCR, kurang dari 3 persen kultur sel dinyatakan positif. Hal ini menegaskan bahwa nilai CT yang tinggi sebagian besar berkorelasi dengan viral load yang rendah.
- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut penyebaran varian Delta dapat diprediksi dari rata-rata angka CT value hasil tes swab PCR. Varian itu bisa diketahui dari angka CT yang rendah. Dengan demikian, kata Budi, daerah dengan rata-rata CT value rendah, kemungkinan besar sudah terpapar varian Delta. “Dari data itu kami bisa menduga bahwa daerah yang rata-rata CT minimalnya rendah itu kemungkinan sudah dimasuki Delta," kata Budi Gunadi. Untuk mengantisipasi penyebaran semakin meluasnya varian ini pemerintah meminta CT value dimasukkan ke sistem Kementerian Kesehatan.
- Namun, peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Sudoyo meragukan hubungan antara Covid-19 varian Delta dengan CT rendah. “Kami juga menemukan varian Delta dengan CT tinggi”, kata Herawati. Peneliti itu tak memberi keterangan lebih detail kasus infeksi Covid-19 varian Delta dengan angka CT tinggi itu. Dia hanya menambahkan bahwa selama ini angka CT rendah tak pernah dijadikan parameter untuk mendiagnosis varian mutasi virus penyebab Covid-19 paling menular tersebut. Menurutnya, varian Delta dideteksi melalui proses whole genome sequencing. Perlu banyak data untuk membuktikan hubungan antara varian Delta dengan angka CT value.
- Genom SARS-CoV-2 mengkodekan instruksi yang disusun menjadi beberapa bagian, yang disebut gen, untuk membangun virus. Para ilmuwan menggunakan proses yang disebut pengurutan genom (genomic sequencing) untuk memecahkan kode gen dan lebih lanjut mempelajari virus. Pengurutan genom memungkinkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi SARS-CoV-2 dan memantau bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu hingga menjadi varian baru. Pengurutan itu pun membantu para ilmuwan memahami bagaimana perubahan ini mempengaruhi karakteristik virus serta menggunakan informasi ini untuk lebih memahami bagaimana hal itu dapat berdampak pada kesehatan.
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.
Ikuti kami di media sosial: