Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #112 Agar Vaksinasi makin Efektif Mencegah Covid-19

image-gnews
Seorang tenaga medis bersiap untuk menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada wartawan, di Hall Basket, Senayan, Jakarta, Kamis, 25 Februari 2021. Sebanyak 5.500 awak media di Jakarta akan menerima vaksin COVID-19 secara bertahap. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Seorang tenaga medis bersiap untuk menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada wartawan, di Hall Basket, Senayan, Jakarta, Kamis, 25 Februari 2021. Sebanyak 5.500 awak media di Jakarta akan menerima vaksin COVID-19 secara bertahap. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Iklan

Halo pembaca nawala CekFakta Tempo! 

Sejumlah lembaga, ahli, dan penelitian telah menganjurkan pemberian dosis tambahan setelah seseorang telah lengkap menerima vaksinasi untuk mencegah Covid-19. Beberapa negara telah melakukan suntikan tambahan sebagai booster agar meningkatkan kemanjuran vaksin dari berbagai produsen. Indonesia sendiri masih menahan diri lantaran menunggu penelitian dan rekomendasi lanjutan.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Perlukah Dosis Ketiga Vaksin Covid-19? 

Bagian ini ditulis oleh Siti Aisah, peserta Health Fellowship Tempo yang didukung oleh Facebook.

Dorongan pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 untuk melindungi para tenaga kesehatan (nakes) sebagai garda terdepan penanganan Covid-19 telah disampaikan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Terlebih, di tengah penyebaran ganas varian delta dan jumlah pasien Covid-19 melebih kapasitas rumah sakit (RS)  saat ini. Sudah ratusan dokter meninggal akibat terpapar Covid-19, termasuk sejumlah dokter yang telah menerima vaksinasi lengkap Sinovac—vaksin dengan efikasi 65,3 persen. Sejumlah epidemiolog juga menilai booster dengan jenis vaksin berbeda yang memiliki efikasi lebih tinggi perlu diberikan kepada nakes.

Seorang tenaga medis bersiap untuk menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada wartawan, di Hall Basket, Senayan, Jakarta, Kamis, 25 Februari 2021. Sebanyak 5.500 awak media di Jakarta akan menerima vaksin COVID-19 secara bertahap. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

  • Setidaknya 10 dari 26 dokter di Indonesia yang meninggal akibat Covid-19 bulan Juni telah menerima dua dosis vaksin Sinovac. Jumlah tersebut dapat meningkat dalam beberapa minggu ke depan, terutama di tengah lonjakan kasus dan kondisi RS yang terisi penuh seperti saat ini. Kondisi tersebut tidak mengejutkan, kata Paul Hunter, profesor kedokteran di University of East Anglia di Inggris. Kombinasi beberapa faktor, termasuk efektivitas vaksin yang digunakan dan ketersediaan alat serta kapasitas RS untuk menangani kasus yang parah turut berperan. Jin Dong-Yan, profesor virologi molekuler di Universitas Hong Kong, mengatakan bahwa kasus kematian ini harus mendorong pihak berwenang untuk mempertimbangkan suntikan booster.  Jin menambahkan bahwa tenaga medis di Indonesia harus diberi dosis tambahan vaksin Sinovac atau vaksin yang dikembangkan AS untuk memastikan perlindungan yang lebih kuat. 
  • Otoritas kesehatan Dominika pada 1 Juli 2021 mulai mendistribusikan dosis ketiga vaksin Covid-19 dalam upaya melindungi warganya dari varian baru virus corona yang lebih menular. Dosis tambahan akan bersifat sukarela dan pertama-tama akan tersedia untuk profesi medis. Selanjutnya akan diberikan kepada orang lanjut usia dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang menyebabkan lebih rentan terhadap Covid-19 yang parah. Penerima vaksin AstraZeneca akan mendapatkan dosis ketiga 12 minggu setelah suntikan kedua. Sedangkan  penerima vaksin Sinovac bisa mendapatkan suntikan ketiga satu bulan setelah dosis kedua.
  • Turki telah mulai memberikan dosis ketiga vaksin Covid-19 pada 1 Juli, ketika masuk fase normalisasi baru dengan mencabut jam malam dan lockdown. Dosis ketiga vaksin akan diberikan pertama kali kepada petugas kesehatan dan orang berusia 50 tahun ke atas, kata Menteri Kesehatan Fahrettin Koca. Lebih dari 15 juta orang atau setara dengan 25 persen dari populasi telah divaksinasi lengkap. Sekitar 35 juta orang telah diberikan dosis pertama hingga saat ini. Negara tersebut saat ini menggunakan vaksin Covid-19 buatan Pfizer/BioNTech dan Sinovac.
  • Bahrain mulai menawarkan dosis ketiga vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech dengan periode enam bulan setelah menerima dua suntikan vaksin Sinopharm. Pencampuran vaksin diberikan saat negara kepulauan di Timur Tengah itu berjuang menembus gelombang terburuk akibat Covid-19, meskipun Bahrain telah menjadi salah satu negara teratas di dunia dalam program vaksinasi. Vaksin yang digunakan untuk dosis ketiga adalah Pfizer/BioNTech atau Sinopharm. Pemerintah merekomendasikan agar orang berusia di atas 50 tahun, obesitas, dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah menerima suntikan Pfizer.
  • Hasil studi para peneliti di Universitas Johns Hopkins menunjukkan dosis ketiga vaksin Covid-19 dapat meningkatkan perlindungan bagi beberapa orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Penelitian ini melibatkan 30 pasien penerima transplantasi organ dengan usia rata-rata 57 tahun yang telah divaksinasi lengkap menggunakan vaksin Pfizer/BioNTech atau Moderna.  Meskipun telah divaksinasi penuh, sebanyak 24 pasien tidak memiliki antibodi terhadap virus corona, dan 6 pasien hanya memiliki tingkat antibodi yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan titer antibodi meningkat setelah vaksinasi dosis ketiga pada sepertiga pasien yang awalnya tidak memiliki antibodi dan pada semua pasien yang awalnya memiliki titer antibodi yang rendah.
  • Kementerian Kesehatan memastikan belum akan memberikan vaksin dosis ketiga bagi tenaga kesehatan. Sebelumnya PB IDI memberikan usulan ini untuk mengurangi jumlah kasus kematian dokter. Menanggapi usulan tersebut, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, “Perlu kita lihat apakah sudah ada publikasi ilmiah dari hasil uji klinisnya”. Selain itu, kata Nadia, alasan lain karena belum ada rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). “Kita belum melihat juga rekomendasi dari WHO maupun masukan dari ITAGI, jadi kita tunggu dulu aspek ilmiah untuk memastikan manfaat dan keamanannya,” ujar Nadia.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

4 hari lalu

Logo twitter, facebook dan whatsapp. Istimewa
CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman


CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

11 hari lalu

Ilustrasi internet. (abc.net.au)
CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

12 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

15 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

16 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

18 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

18 hari lalu

Logo Google. REUTERS
CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google


Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

19 hari lalu

Flu Singapura.
Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

20 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza


CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

25 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup